VISIBANTEN.COM, SERANG – Sate Bandeng merupakan salah satu kuliner khas Serang yang memiliki sejarah panjang, bahkan sudah ada sejak era Kesultanan Banten. Hidangan ini diyakini lahir pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552–1570), sultan pertama Banten.
Kala itu, Sultan menginginkan olahan ikan bandeng sebagai hidangan kerajaan. Namun, bandeng dikenal memiliki banyak duri halus yang sulit diolah.
Para juru masak pun berinovasi: daging ikan dipisahkan dari durinya, dihaluskan, kemudian dicampur dengan santan dan rempah-rempah khas.
Setelah itu, adonan ikan dimasukkan kembali ke dalam kulit bandeng, ditusuk dengan bambu, lalu dibakar hingga matang.
Kreasi ini ternyata sangat digemari Sultan dan para bangsawan, sehingga menjadi sajian istimewa yang diwariskan turun-temurun hingga kini.
Bacaan Lainnya:
Proses Pembuatan yang Unik
Keistimewaan Sate Bandeng terletak pada proses pembuatannya. Dibutuhkan ketelitian ekstra untuk memisahkan duri dari daging ikan.
Setelah dicampur bumbu dan santan, adonan ikan dimasukkan kembali ke kulit bandeng sehingga bentuknya menyerupai ikan utuh. Pembakaran di atas bara api memberi aroma harum dan rasa gurih yang khas.
Cita rasa inilah yang menjadikan Sate Bandeng berbeda dari olahan ikan lainnya, dengan kombinasi rempah tradisional dan tekstur lembut daging ikan.
Bacaan Lainnya:
Dari Hidangan Sultan Menjadi Ikon Kuliner
Jika pada awalnya hanya bisa dinikmati kalangan bangsawan, kini Sate Bandeng telah menjadi kuliner populer yang dapat dicicipi semua orang. Bahkan, hidangan ini berkembang menjadi ikon kuliner khas Banten, khususnya Kota Serang.
Tidak hanya disantap sebagai hidangan sehari-hari, Sate Bandeng juga menjadi oleh-oleh favorit wisatawan. Industri pengolahannya pun terus tumbuh, dengan banyaknya toko dan gerai yang menawarkan produk siap santap maupun kemasan praktis untuk dibawa pulang.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Banten, belum lengkap rasanya jika pulang tanpa mencicipi atau membawa pulang Sate Bandeng — sebuah perpaduan tradisi kuliner dan kekayaan cita rasa lokal. (amd)