Tangerang Raya

TBC & Stunting Tak Lagi Menakutkan! Ini Cara PENDEKAR BESTI Kabupaten Tangerang Melawannya

35
×

TBC & Stunting Tak Lagi Menakutkan! Ini Cara PENDEKAR BESTI Kabupaten Tangerang Melawannya

Sebarkan artikel ini
PENDEKAR BESTI
Inovasi PENDEKAR BESTI dari Kabupaten Tangerang hadir sebagai solusi kreatif dalam menanggulangi Tuberkulosis (TBC) dan stunting secara bersamaan. (Foto: Ilustrasi ChatGPT) 

VISIBANTEN.COM, TANGERANG — Tuberkulosis (TBC) masih menjadi momok menakutkan bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Tidak terkecuali di Kabupaten Tangerang, di mana beban kasus TBC masih tinggi dan berdampak luas, khususnya terhadap kelompok usia produktif.

Selain memengaruhi kondisi fisik individu, TBC juga menimbulkan tekanan sosial dan ekonomi yang cukup besar bagi keluarga dan masyarakat. Yang mengejutkan, TBC juga berkaitan erat dengan masalah stunting pada anak-anak.

Infeksi kronis seperti TBC dapat menurunkan status gizi dan menghambat tumbuh kembang anak, menjadikannya masalah ganda yang memerlukan perhatian serius.

Menanggapi situasi ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang tidak tinggal diam. Melalui sektor kesehatannya, diluncurkanlah sebuah inovasi pelayanan publik bernama PENDEKAR BESTI, yang merupakan akronim dari Pencarian, Deteksi Kontak Erat TBC dan Obati.

Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas lemahnya sistem pelacakan kontak erat, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap TBC, dan belum optimalnya sistem pemantauan pengobatan pasien.

Apa yang membuat PENDEKAR BESTI berbeda?

Inovasi ini mengusung pendekatan berbasis komunitas dengan mengaktifkan peran kader kesehatan sebagai ujung tombak di lapangan. Kader dibekali pelatihan teknis dan dibantu dengan sistem pelaporan digital sederhana melalui Google Form dan WhatsApp, memungkinkan pelaporan dan intervensi kasus secara real-time dan responsif. Pendekatan ini menggantikan metode lama yang cenderung pasif dan lamban.

Tidak hanya sekadar pelaporan, para kader juga melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi, mendampingi pasien dalam proses pengobatan, serta melacak kontak erat pasien TBC. Hal ini menjadikan pendekatan PENDEKAR BESTI jauh lebih aktif dan menyeluruh.

Yang menarik, PENDEKAR BESTI juga terintegrasi dengan program penurunan stunting. Anak-anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC menjadi prioritas dalam pemantauan karena risiko infeksi dan gangguan gizi yang tinggi.

Melalui pengawasan pengobatan yang ketat dan edukasi pola hidup sehat dalam rumah tangga, inovasi ini mampu menurunkan angka putus obat TBC serta mengurangi prevalensi stunting di lingkungan keluarga yang terdampak.

Dari sisi keberlanjutan, PENDEKAR BESTI tidak mengandalkan teknologi tinggi, melainkan teknologi yang sederhana, murah, namun efektif. Penggunaan Google Form, WhatsApp, serta dashboard monitoring memungkinkan koordinasi cepat antara kader dan puskesmas.

Bahkan, keberhasilan inovasi ini juga didorong oleh keterlibatan tokoh masyarakat dan lintas sektor, menjadikannya gerakan sosial yang hidup di tengah masyarakat.

Hasil yang telah dicapai tidak main-main. Terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah pelaporan kasus TBC dan kontak erat, meningkatnya kepatuhan pengobatan, serta terbentuknya jejaring kader aktif dan terlatih.

Model ini juga membuka peluang untuk direplikasi dalam penanganan penyakit menular lain, serta memperkuat program kesehatan masyarakat berbasis keluarga.

PENDEKAR BESTI membuktikan bahwa inovasi dalam pelayanan publik tidak selalu membutuhkan teknologi canggih. Yang lebih penting adalah keterlibatan komunitas, pendekatan manusiawi, dan sistem yang adaptif.

Kabupaten Tangerang telah menunjukkan bahwa dengan komitmen kuat dan langkah strategis, kita bisa menuju eliminasi TBC pada 2030 dan menciptakan generasi yang lebih sehat tanpa stunting. (jid)